Bismillahirrohmanirrohim...
SIAPAKAH TUHAN NABI IBRAHIM?
QS 43:26-27
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku."
QS 2:131:
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
QS.Ibrahim (14):25
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
QS 2:136:
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
QS 37:84 :
(lngatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.
QS 21:89 :
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik
Jawaban:
Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan ayat-ayat itu, Allah merupakan nama Tuhan dan tidak ada Tuhan selain Dia. Apabila kata Allah tidak selalu ditulis dalam Alqur’an sebagai kata ganti “Tuhan”, saya rasa tidak ada masalah dan tidak akan merusak makna dari kalimat tersebut sama sekali, toh Allah itu Tuhan sendiri kok. Hanya saja Alqur’an bukanlah kitab yang suka dirombak isinya oleh umat islam, berbeda dengan Alkitab yang sering mengalami revisi secara berkala. Logika sederhananya, saya adalah manusia, dan saya bernama Hanina Syahiedah. Apa akan jadi aneh kalau orang lain atau diri saya sendiri menyebut saya sebagai manusia, tidak selalu dipanggil Hani. Tentu saja saya tidak marah kecuali kalau ada yang memanggil saya dengan sebutan hewan, iblis atau apa baru saya protes.
Simak baik-baik dalil-dalil berikut ini yang membuktikan bahwa nabi Ibrahim menyembah Allah dan beragama Islam:
Ketika Nabi Ibrahim bernyuruh ayahnya untuk tidak menyembah berhala. Beliau mendengar penghinaan, pengusiran, dan ancaman pembunuhan dari ayahnya, beliau berkata dengan lembut:
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain ALLAH, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.'" (QS. Maryam: 47-48)
Islam adalah agama seluruh nabi dan rasul sebagaimana yang Allah beritakan tentang bapak para nabi, Ibrahim yang menjadi teladan bagi alam semesta. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "HAI ANAK-ANAKKU! SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH MEMILIH AGAMA INI BAGIMU, MAKA JANGANLAH KAMU MATI KECUALI DALAM MEMELUK AGAMA ISLAM".
Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".” (QS. Al Baqarah: 130-133)
Orang Yahudi mengklaim Nabi Ibrahim seorang Yahudi. Begitu juga orang Nashrani, mereka mengklaim Nabi Ibrahim seorang Nashrani. Kemudian Allah membantah kedustaan klaim mereka, Allah Ta’ala berfirman:
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik." (QS. Ali Imran: 67)
“ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari ALLAH yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.“ [Al Baqarah:140]
Pokok tauhid hanya satu, yaitu La Ilaha Illallaah. Setiap Nabi (termasuk Ibrahim as) diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya. Dan siapakah Tuhan semesta alam dalam Alqur’an kalau bukan Allah. Allah Ta'ala menerangkan tentang hal ini dalam firman-Nya:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"." (QS.Al_Anbiya': 25)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25)
Jadi dari ayat-ayat diatas kita sudah bisa menyimpulkan bahwa Tuhan semesta alam yang disembah oleh Ibrahim adalah Allah. Tulisan “ALLAH” dan ISLAM. Sengaja saya Capslock dan saya bold, supaya jelas siapa Tuhan yang disembah oleh nabi Ibrahim.
ALLAH BERSUMPAH ATAS NAMA TUHAN LAIN?
QS 70:40
Maka aku (Allah) bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
Jawaban:
Tuhan yang mana lagi yang dimaksud? ALLAH bersumpah demi DiriNya Sendiri. Karena Tuhan Yang Memiliki timur dan barat adalah ALLAH sendiri.
Tuhan Yang memiliki timur dan barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. ( QS. Al Muzzamil:9)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat (QS.Al Baqarah:115)
Mengapa ALLAH bersumpah dengan diriNya sendiri? Hal ini tidak mustahil karena hal ini telah ada bahkan dalam ALKITAB
Kejadian 22:16 kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
Dan ada lagi….
Ibrani 6:13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya,
Bukankah ALLAH Tuhan kami adalah Tuhan yang sama yang disembah Nabiullah Ibrahim..Abraham?
Di tempat lain anda bisa mendapati bahwa dalam ALKITAB anda bisa mendapati gaya bahasa yang sama :
ויאמר יהוה אל השטן יגער יהוה בך השטן ויגער יהוה בך הבחר בירושלם הלוא זה אוד מצל מאש
wy’mr yhwh ’l-hsshṭn yḡ‘r yhwh bḵ hssṭn wyḡ‘r yhwh bk hbḥr bršlm hlw’ zh ’ḏ mṣṣl m’eš:
3:2 And the LORD said unto Satan, The LORD rebuke thee, O Satan; even the LORD that hath chosen Jerusalem rebuke thee: [is] not this a brand plucked out of the fire?
3:2 Lalu berkatalah TUHAN kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?”
ALLAH BERSUMPAH DEMI MAKHLUK?!
Dalam QS 56:75,QS 75:1-3, QS 81:15-18,QS 84:16-19, QS 95:1-3, QS 100:1
Jawaban:
Dalam Al-Qur’an kita sering menemukan ayat tentang Allah bersumpah demi sesuatu, baik dengan kalimat yang mencantumkan kata ‘bersumpah’ maupun kata tersebut tersembunyi dan hanya mencantumkan ‘demi sesuatu’. Kedua cara ini adalah sama, bahwa Allah telah bersumpah (soal ini terkait dengan pemakaian kaedah tata-bahasa Arab, dimana sumpah disampaikan dengan memakai 3 alternatif huruf : 'waw', 'ba' dan 'ta'.
Pengertian Sumpah dalam Al-Qur'an
Kata ‘sumpah’ berasal dari kata Arab ‘qasam’ yang akar katanya disusun oleh huruf ‘qaf-sin-mim’, kata ini menurunkan beberapa pengertian : to divide, dispose, separate, apportion, distribute..
http://www.studyquran.org/LaneLexicon/Volume8/00000242.pdf
Kata ‘qasam’ diartikan ‘bersumpah’ misalnya terdapat pada ayat :
falaa uqsimu bimawaaqi'i alnnujuumi
[56:75] Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quraan.
falaa uqsimu bialsysyafaqi
[84:16] Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,
laa uqsimu bihaadzaa albaladi
[90:1] Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),
Namun kata ‘qasam’ dengan derivasinya juga diartikan membagi, memisahkan, misalnya terdapat pada ayat :
wa-idzaa hadhara alqismata uluu alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiinu faurzuquuhum minhu waquuluu lahum qawlan ma'ruufaan
[4:8] Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Faalmuqassimaati amraan
[51:4] dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan
tilka idzan qismatun dhiizaa
[53:22] Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
”Lalu apa hubungannya bersumpah dengan membagi atau memisahkan..??”, apa sebenarnya arti bersumpah ketika ada kalimat ‘Tuhan bersumpah demi makhluk’..?? bagaimana sebenarnya posisi makhluk tersebut dalam sumpah tersebut..?? apakah benar posisinya sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi pihak yang bersumpah..?? bagaimana halnya ketika Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri..??
Kata ‘qasam’ sendiri dalam bahasa Arab setara dengan istilah lain :
Dalam bahasa Arab sumpah disebut dengan al-aimanu, al-halfu, al-qasamu. Al-aimanu jama’ dari kata al-yamiinu (tangan kanan) karena orang Arab di zaman Jahiliyah apabila bersumpah satu sama lain saling berpegangan tangan kanan. Kata al-yamiinu secara etimologis dikaitakan dengan tangan kanan yang bisa berarti al-quwwah (kekuatan), dan al-qasam (sumpah). Dengan demikian pengertian al-yuamiinu merupakan perpaduan dari tiga makna tersebut yang selanjutnya digunakan untuk bersumpah. Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang ingin mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah sehingga pernyataannya lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih kuat dari tangan kiri.
http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=53744579012&topic=7485
sehingga selain arti kata : membagi atau memisahkan, ‘bersumpah’ juga mengandung unsur : menguatkan, mengukuhkan.
Yang perlu diperjelas disini adalah, ketika Allah bersumpah dengan nama makhluk-Nya, maka tidak ada suatu kesan yang muncul dari umat Islam, bahwa Allah telah ‘menyerahkan kekuasaan untuk menghakimi’ sumpah-Nya tersebut kepada benda tersebut. Baik didasar sumpah ataupun tidak, ataupun sumpah tersebut dilontarkan oleh siapapun, maka pihak yang berkuasa untuk menghakimi hanyalah Allah. Kalau begitu bagaimanakah sebenarnya ‘status’ makhluk/benda yang terdapat dalam sumpah itu..?? maka posisi makhluk/benda tersebut adalah sebagai SAKSI atas sumpah tersebut, saksi yang dikesankan independen, berdiri sendiri dan terpisah dari pihak yang bersumpah, berfungsi untuk menguatkan dan mengukuhkan bahwa apa yang disampaikan dalam sumpah tersebut benar adanya. Ini terkait dengan tujuan suatu sumpah dilontarkan, yaitu untuk meyakinkan pihak lain atas kebenaran apa yang disumpahkan, dimana pihak lain tersebut ragu-ragu atau tidak percaya. Kesan terpisah ini sejalan dengan tujuan disampaikannya sumpah, sehingga seolah-olah Allah mengatakan ;”Sekalipun Aku adalah Tuhan Yang Maha Berkuasa, namun makhluk/benda yang Aku jadikan objek sumpah-Ku, dipersilahkan memutuskan sendiri kesaksiannya. Apabila Aku telah berbohong atau sumpah-Ku tidak benar, maka Aku sendiri yang akan menghakimi diri-Ku..”.
Pengertian ‘qasam’ ini juga berlaku dalam hal Tuhan bersumpah atas diri-Nya sendiri. Pemisahan diibaratkan ‘posisi’ Tuhan sebagai pihak yang bersumpah dan sebagai pihak yang bersaksi merupakan dua hal yang seolah-olah terpisah, sehingga kesaksian Tuhan adalah adli, kuat dan benar. Ini memenuhi tujuan untuk apa sumpah tersebut dilontarkan, yaitu untuk meyakinkan pihak lain yang tidak percaya dan ragu-ragu. Disinilah kesetaraan antara istilah ‘qasam’ dan ‘aimanu’, yaitu kemandirian sebagai saksi menunjang pengukuhan dan penguatan sumpah yang disampaikan.
Berdasarkan penjelasan ini, pertanyaan dari pihak Kristen sudah bisa dijelaskan, apa yang mereka gugat tentang sumpah Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an karena mereka memakai ukuran sendiri tentang apa yang dimaksud dengan sumpah dan subjek sumpah, mengartikan bahwa makhluk/benda yang terdapat dalam sumpah adalah sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi, dan bukan sebagai saksi yang akan memberikan kesaksian terhadap kebenaran sumpah tersebut. Dalam istilah Islam, terlihat bahwa posisinya bukanlah demikian, karena yang berkuasa untuk menghakimi tetap saja ada ditangan Allah, makhluk/benda berfungsi sebagai saksi.
ALLAH PUNYA ANAK PEREMPUAN?
Allah SWT adalah sesembahan leluhur Muhammad (Quraisy Jahiliyah). Di dalam Kaabah terdapat 360 patung, di mana yang terbesar adalah "Allah", mempunyai tiga anak (perempuan): Al Latta, Al Uzza, dan Manah (QS An-Najm 19-20).
Jawaban:
ada baiknya kita lihat dulu secara menyeluruh konteks surat An-Najm yang dimaksud jangan sepotong-sepotong, lihat ayat selengkapnya :
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza, dan Mana yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka.” (QS.An-Najm:19-23)
Sangat jelas dalam ayat QS.An-Najm:19-20 menyatakan Allah punya anak perempuan adalah tuduhan orang-orang kafir dan Allah menyangkalnya di ayat berikutnya. Lainkali kalau mau copas ayat Alqur’an lihat dulu ayat sebelum atau sesudahnya, biar ga malu-maluin.
Allah tidak mungkin punya anak ditegaskan dalam QS.Al-Ikhlas:1-4
Surat Al Ikhlas turun menangapi keyakinan beberapa golongan masyarakat pada masa itu yg meyakini bahwa Tuhan mempunyai anak atau mengangkat anak. Perhatikan ayat-ayat berikut ini: ٌ
“Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu”. (QS. 6:101)
Sekarang kita lihat keyakinan yg ada dimasa itu menurut yg diriwayatkan Qur'an :
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dila'nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling.” (QS.At-Tawbah:30)
"Dan mereka (orang-orang Musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan." (QS.Al-An'am:100)
Keyakinan yang seperti itu (dimasa itu) demikian dominannya, sehingga begitu banyak ayat Qur'an yg membantah soal ini, sampai-sampai turun ayat yg menegaskan begini :
Katakanlah, jika benar (Rabb) Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (QS. Az-Zuhruf:81)
MUHAMMAD MEMBASMI 359 BERHALA ITU, MENYISAKAN SATU, YANG TERBESAR, YAKNI "ALLAH", BERPENAMPILAN BATU HITAM (HAJAR ASWAD). BATU HITAM INILAH YANG SELALU DISAPA OLEH PARA CALON HAJI DENGAN MENGUCAPKAN: "YA ALLAH, AKU DATANG KEPADAMU!" SERAYA DICIUM.?!
Jawaban:
Bangsa Arab di masa paganismenya menyembah 360 berhala yang diletakkan di dalam dan di sekeliling ka’bah. Tapi tidak pernah menyembah ka’bah. Demikian juga, mereka tidak pernah menyembah batu hitam (hajar aswad). Yang mereka sembah itu patung yang diukir dan dibuat membentuk dewa-dewa. Tapi mereka tidak pernah menyembah batu sebagai bahan dasar pembuatan patung. Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Maka setelah mereka (Orang Arab) memeluk Islam, Rasulullah saw sudah tidak perlu lagi menjelaskan posisi Hajar Aswad dalam hal peribadahan mereka.
Rasulullah SAW mencium hajar aswad karena batu itu mulia dan berasal dari surga. Tapi bukan karena kita diajarkan untuk menyembah batu itu.
Dari Ibn Abbas bahwa Nabi Muhammad s.a.w. tidak melambaikan tangan (menyalami) kecuali kepada Hajar Aswad dan Rukun Yamani. dua kota suci, Mekkah dan Madinah. Bagi kita sendiri ummat Islam sudah jelaslah ketetapan akan hukum-hukum Allah.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al Baqarah :21-22]
Dalam berbagai kesempatan umat kristen bilang bahwa umat Islam adalah umat penyembah batu. Mereka beranggapan demikian karena setiap hari umat Islam sholat selalu menghadap ka’bah yang dibagiannya ada Hajar Aswadnya.
Ummat Islam dalam sholat menghadap ka’bah (batu) dan dalam thowaf keliling batu bukanlah berarti ummat islam menyembah batu. Mereka melakukan ini karena itu adalah diperintahkan oleh Tuhannya supaya dalam sholat dan thowaf untuk menghadap batu dan keliling batu.
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." [QS. Al Baqarah:144].
Ummar bin Khatab pun berkata:
Diriwayatkan oleh ‘Abis bin Rabia:
Saidina Umar bin al-Khattab r.a pernah mengecup Hajarul Aswad. Kemudian dia berkata: Demi Allah! Aku tahu kamu hanyalah sekedar batu yang tidak dapat memudharatkan dan tidak dapat memberi manfaat siapapun.. Sekiranya aku tidak melihat sendiri Rasulullah s.a.w mengecupmu, pasti aku tidak akan mengecupmu.” (Sahih Bukhari juz 2 no 667).
Kalau anda membaca sejarah tentang peradaban islam, maka anda akan jumpai bahwa dulu batu hitam itu pernah dicuri oleh seseorang (artinya ka’bah pernah tidak ada hajar aswad di dalamnya). Tetapi apakah setelah hilangnya batu itu ummat Islam lantas tidah sholat karena hadapannya tidak ada ? Kalau ummat Islam sholat karena landasan harus menghadap batu itu, niscaya mereka sudah tidak pada sholat lagi sebab batunya telah hilang, atau kalupun sholat menghadapnya mungkin ke si pencuri batu itu. Tetapi ternyata tidak. Ummat islam tetap sholat menghadap kiblat, baik dengan ada batu ataupun tidak sebab esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan menghadap batu dan menyembah batu.
Kemudian dalam sejarah islam pun dijelaskan bahwa setelah batu hitam itu berhasil ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan disana sini, bahkan volumenya sudah mulai berkurang. Dan batu hitam yg ada sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yg asli dengan yg imitasi. Tetapi anda lihat, apakah ummat islam heboh karena itu ? Jawabnya: Tidak pernah!. Sebab Tuhan mereka bukanlah batu tetapi Allah. Batu boleh rusak dan hilang tetapi Allah (Tuhan mereka) tetap ada. Berbeda sekali dengan ummat agama lain yg menganut paganisme.
Mereka melakukan itu bukan atas dasar perintah Tuhan tetapi apa kata nenek moyang mereka, apa kata tetua-tetua mereka dan apa kata leluhur mereka. Tidak ada dasar yg langsung di dasari dari ketentuan Kitabnya (yg merupakan kumpulan perintah-perintah Tuhan). Ini bisa anda lihat dalam berbagai literatur tentang filsafat agama dan perbandingan agama. Tiga agama yg memiliki kitab suci yang berisi perkataan – perkataan Langsung Tuhan, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.
Selebihnya agama yg lain hanya didasari oleh filsafat orang-orang terdahulu dan nenek moyang mereka. Jadi inilah perbedaannya antara ibadah ritual ummat Islam yg menghadap batu dengan ibadah ritual ummat lain yg juga menghadap batu. Dalam agama lain, batu itu dianggap seperti Dewa/Tuhan, sesuatu yg diagungkan dan dipuja-puja, sedangkan ummat islam memandang batu itu hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan kebaktian kepada Tuhan yang sebenarnya. Sebetulnya pengertian berhala di sini tidak hanya batu saja, tetapilebih luas. Berhala bisa berarti ideologi, bisa berarti materi/uang, bisa berarti manusia, bisa berarti yg lain-lain selain Tuhan alam Semesta.
Jadi anda harus bisa membedakan mana yg benar-benar memuja berhala sebagai Tuhan dan mana yg melakukan sujud menghadap batu hanya sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan yg sebenarnya. Rasulullah sendiri pernah menunjuk Hajar Aswad dengan tongkat Beliau:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
Nabi mengerjakan Tawaf mengelilingi Ka’bah dengan menunggang seekor unta pada ibadah haji terakhir dan menyentuh hajar aswad dengan tongkatnya. (Sahih Bukhari juz 2 no 677).
Jika Hajar Aswad adalah Allah, mana mungkin Rasulullah berani lancang menyentuhnya hanya dengan ujung tongkat?!
Dengan demikian nyatalah bahwa Hajar Aswad itu hanyalah batu yang tidak dapat mendatangkan celaka atau tidak dapat mendatangkan untung kecuali dengan ijin Allah swt.
wallahu'alam bishshowab...
SIAPAKAH TUHAN NABI IBRAHIM?
QS 43:26-27
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku."
QS 2:131:
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
QS.Ibrahim (14):25
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
QS 2:136:
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
QS 37:84 :
(lngatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.
QS 21:89 :
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik
Jawaban:
Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan ayat-ayat itu, Allah merupakan nama Tuhan dan tidak ada Tuhan selain Dia. Apabila kata Allah tidak selalu ditulis dalam Alqur’an sebagai kata ganti “Tuhan”, saya rasa tidak ada masalah dan tidak akan merusak makna dari kalimat tersebut sama sekali, toh Allah itu Tuhan sendiri kok. Hanya saja Alqur’an bukanlah kitab yang suka dirombak isinya oleh umat islam, berbeda dengan Alkitab yang sering mengalami revisi secara berkala. Logika sederhananya, saya adalah manusia, dan saya bernama Hanina Syahiedah. Apa akan jadi aneh kalau orang lain atau diri saya sendiri menyebut saya sebagai manusia, tidak selalu dipanggil Hani. Tentu saja saya tidak marah kecuali kalau ada yang memanggil saya dengan sebutan hewan, iblis atau apa baru saya protes.
Simak baik-baik dalil-dalil berikut ini yang membuktikan bahwa nabi Ibrahim menyembah Allah dan beragama Islam:
Ketika Nabi Ibrahim bernyuruh ayahnya untuk tidak menyembah berhala. Beliau mendengar penghinaan, pengusiran, dan ancaman pembunuhan dari ayahnya, beliau berkata dengan lembut:
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain ALLAH, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.'" (QS. Maryam: 47-48)
Islam adalah agama seluruh nabi dan rasul sebagaimana yang Allah beritakan tentang bapak para nabi, Ibrahim yang menjadi teladan bagi alam semesta. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "HAI ANAK-ANAKKU! SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH MEMILIH AGAMA INI BAGIMU, MAKA JANGANLAH KAMU MATI KECUALI DALAM MEMELUK AGAMA ISLAM".
Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".” (QS. Al Baqarah: 130-133)
Orang Yahudi mengklaim Nabi Ibrahim seorang Yahudi. Begitu juga orang Nashrani, mereka mengklaim Nabi Ibrahim seorang Nashrani. Kemudian Allah membantah kedustaan klaim mereka, Allah Ta’ala berfirman:
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik." (QS. Ali Imran: 67)
“ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari ALLAH yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.“ [Al Baqarah:140]
Pokok tauhid hanya satu, yaitu La Ilaha Illallaah. Setiap Nabi (termasuk Ibrahim as) diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya. Dan siapakah Tuhan semesta alam dalam Alqur’an kalau bukan Allah. Allah Ta'ala menerangkan tentang hal ini dalam firman-Nya:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"." (QS.Al_Anbiya': 25)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25)
Jadi dari ayat-ayat diatas kita sudah bisa menyimpulkan bahwa Tuhan semesta alam yang disembah oleh Ibrahim adalah Allah. Tulisan “ALLAH” dan ISLAM. Sengaja saya Capslock dan saya bold, supaya jelas siapa Tuhan yang disembah oleh nabi Ibrahim.
ALLAH BERSUMPAH ATAS NAMA TUHAN LAIN?
QS 70:40
Maka aku (Allah) bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
Jawaban:
Tuhan yang mana lagi yang dimaksud? ALLAH bersumpah demi DiriNya Sendiri. Karena Tuhan Yang Memiliki timur dan barat adalah ALLAH sendiri.
Tuhan Yang memiliki timur dan barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. ( QS. Al Muzzamil:9)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat (QS.Al Baqarah:115)
Mengapa ALLAH bersumpah dengan diriNya sendiri? Hal ini tidak mustahil karena hal ini telah ada bahkan dalam ALKITAB
Kejadian 22:16 kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
Dan ada lagi….
Ibrani 6:13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya,
Bukankah ALLAH Tuhan kami adalah Tuhan yang sama yang disembah Nabiullah Ibrahim..Abraham?
Di tempat lain anda bisa mendapati bahwa dalam ALKITAB anda bisa mendapati gaya bahasa yang sama :
ויאמר יהוה אל השטן יגער יהוה בך השטן ויגער יהוה בך הבחר בירושלם הלוא זה אוד מצל מאש
wy’mr yhwh ’l-hsshṭn yḡ‘r yhwh bḵ hssṭn wyḡ‘r yhwh bk hbḥr bršlm hlw’ zh ’ḏ mṣṣl m’eš:
3:2 And the LORD said unto Satan, The LORD rebuke thee, O Satan; even the LORD that hath chosen Jerusalem rebuke thee: [is] not this a brand plucked out of the fire?
3:2 Lalu berkatalah TUHAN kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?”
ALLAH BERSUMPAH DEMI MAKHLUK?!
Dalam QS 56:75,QS 75:1-3, QS 81:15-18,QS 84:16-19, QS 95:1-3, QS 100:1
Jawaban:
Dalam Al-Qur’an kita sering menemukan ayat tentang Allah bersumpah demi sesuatu, baik dengan kalimat yang mencantumkan kata ‘bersumpah’ maupun kata tersebut tersembunyi dan hanya mencantumkan ‘demi sesuatu’. Kedua cara ini adalah sama, bahwa Allah telah bersumpah (soal ini terkait dengan pemakaian kaedah tata-bahasa Arab, dimana sumpah disampaikan dengan memakai 3 alternatif huruf : 'waw', 'ba' dan 'ta'.
Pengertian Sumpah dalam Al-Qur'an
Kata ‘sumpah’ berasal dari kata Arab ‘qasam’ yang akar katanya disusun oleh huruf ‘qaf-sin-mim’, kata ini menurunkan beberapa pengertian : to divide, dispose, separate, apportion, distribute..
http://www.studyquran.org/LaneLexicon/Volume8/00000242.pdf
Kata ‘qasam’ diartikan ‘bersumpah’ misalnya terdapat pada ayat :
falaa uqsimu bimawaaqi'i alnnujuumi
[56:75] Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quraan.
falaa uqsimu bialsysyafaqi
[84:16] Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,
laa uqsimu bihaadzaa albaladi
[90:1] Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),
Namun kata ‘qasam’ dengan derivasinya juga diartikan membagi, memisahkan, misalnya terdapat pada ayat :
wa-idzaa hadhara alqismata uluu alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiinu faurzuquuhum minhu waquuluu lahum qawlan ma'ruufaan
[4:8] Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Faalmuqassimaati amraan
[51:4] dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan
tilka idzan qismatun dhiizaa
[53:22] Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
”Lalu apa hubungannya bersumpah dengan membagi atau memisahkan..??”, apa sebenarnya arti bersumpah ketika ada kalimat ‘Tuhan bersumpah demi makhluk’..?? bagaimana sebenarnya posisi makhluk tersebut dalam sumpah tersebut..?? apakah benar posisinya sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi pihak yang bersumpah..?? bagaimana halnya ketika Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri..??
Kata ‘qasam’ sendiri dalam bahasa Arab setara dengan istilah lain :
Dalam bahasa Arab sumpah disebut dengan al-aimanu, al-halfu, al-qasamu. Al-aimanu jama’ dari kata al-yamiinu (tangan kanan) karena orang Arab di zaman Jahiliyah apabila bersumpah satu sama lain saling berpegangan tangan kanan. Kata al-yamiinu secara etimologis dikaitakan dengan tangan kanan yang bisa berarti al-quwwah (kekuatan), dan al-qasam (sumpah). Dengan demikian pengertian al-yuamiinu merupakan perpaduan dari tiga makna tersebut yang selanjutnya digunakan untuk bersumpah. Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang ingin mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah sehingga pernyataannya lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih kuat dari tangan kiri.
http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=53744579012&topic=7485
sehingga selain arti kata : membagi atau memisahkan, ‘bersumpah’ juga mengandung unsur : menguatkan, mengukuhkan.
Yang perlu diperjelas disini adalah, ketika Allah bersumpah dengan nama makhluk-Nya, maka tidak ada suatu kesan yang muncul dari umat Islam, bahwa Allah telah ‘menyerahkan kekuasaan untuk menghakimi’ sumpah-Nya tersebut kepada benda tersebut. Baik didasar sumpah ataupun tidak, ataupun sumpah tersebut dilontarkan oleh siapapun, maka pihak yang berkuasa untuk menghakimi hanyalah Allah. Kalau begitu bagaimanakah sebenarnya ‘status’ makhluk/benda yang terdapat dalam sumpah itu..?? maka posisi makhluk/benda tersebut adalah sebagai SAKSI atas sumpah tersebut, saksi yang dikesankan independen, berdiri sendiri dan terpisah dari pihak yang bersumpah, berfungsi untuk menguatkan dan mengukuhkan bahwa apa yang disampaikan dalam sumpah tersebut benar adanya. Ini terkait dengan tujuan suatu sumpah dilontarkan, yaitu untuk meyakinkan pihak lain atas kebenaran apa yang disumpahkan, dimana pihak lain tersebut ragu-ragu atau tidak percaya. Kesan terpisah ini sejalan dengan tujuan disampaikannya sumpah, sehingga seolah-olah Allah mengatakan ;”Sekalipun Aku adalah Tuhan Yang Maha Berkuasa, namun makhluk/benda yang Aku jadikan objek sumpah-Ku, dipersilahkan memutuskan sendiri kesaksiannya. Apabila Aku telah berbohong atau sumpah-Ku tidak benar, maka Aku sendiri yang akan menghakimi diri-Ku..”.
Pengertian ‘qasam’ ini juga berlaku dalam hal Tuhan bersumpah atas diri-Nya sendiri. Pemisahan diibaratkan ‘posisi’ Tuhan sebagai pihak yang bersumpah dan sebagai pihak yang bersaksi merupakan dua hal yang seolah-olah terpisah, sehingga kesaksian Tuhan adalah adli, kuat dan benar. Ini memenuhi tujuan untuk apa sumpah tersebut dilontarkan, yaitu untuk meyakinkan pihak lain yang tidak percaya dan ragu-ragu. Disinilah kesetaraan antara istilah ‘qasam’ dan ‘aimanu’, yaitu kemandirian sebagai saksi menunjang pengukuhan dan penguatan sumpah yang disampaikan.
Berdasarkan penjelasan ini, pertanyaan dari pihak Kristen sudah bisa dijelaskan, apa yang mereka gugat tentang sumpah Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an karena mereka memakai ukuran sendiri tentang apa yang dimaksud dengan sumpah dan subjek sumpah, mengartikan bahwa makhluk/benda yang terdapat dalam sumpah adalah sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi, dan bukan sebagai saksi yang akan memberikan kesaksian terhadap kebenaran sumpah tersebut. Dalam istilah Islam, terlihat bahwa posisinya bukanlah demikian, karena yang berkuasa untuk menghakimi tetap saja ada ditangan Allah, makhluk/benda berfungsi sebagai saksi.
ALLAH PUNYA ANAK PEREMPUAN?
Allah SWT adalah sesembahan leluhur Muhammad (Quraisy Jahiliyah). Di dalam Kaabah terdapat 360 patung, di mana yang terbesar adalah "Allah", mempunyai tiga anak (perempuan): Al Latta, Al Uzza, dan Manah (QS An-Najm 19-20).
Jawaban:
ada baiknya kita lihat dulu secara menyeluruh konteks surat An-Najm yang dimaksud jangan sepotong-sepotong, lihat ayat selengkapnya :
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza, dan Mana yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka.” (QS.An-Najm:19-23)
Sangat jelas dalam ayat QS.An-Najm:19-20 menyatakan Allah punya anak perempuan adalah tuduhan orang-orang kafir dan Allah menyangkalnya di ayat berikutnya. Lainkali kalau mau copas ayat Alqur’an lihat dulu ayat sebelum atau sesudahnya, biar ga malu-maluin.
Allah tidak mungkin punya anak ditegaskan dalam QS.Al-Ikhlas:1-4
Surat Al Ikhlas turun menangapi keyakinan beberapa golongan masyarakat pada masa itu yg meyakini bahwa Tuhan mempunyai anak atau mengangkat anak. Perhatikan ayat-ayat berikut ini: ٌ
“Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu”. (QS. 6:101)
Sekarang kita lihat keyakinan yg ada dimasa itu menurut yg diriwayatkan Qur'an :
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dila'nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling.” (QS.At-Tawbah:30)
"Dan mereka (orang-orang Musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan." (QS.Al-An'am:100)
Keyakinan yang seperti itu (dimasa itu) demikian dominannya, sehingga begitu banyak ayat Qur'an yg membantah soal ini, sampai-sampai turun ayat yg menegaskan begini :
Katakanlah, jika benar (Rabb) Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (QS. Az-Zuhruf:81)
MUHAMMAD MEMBASMI 359 BERHALA ITU, MENYISAKAN SATU, YANG TERBESAR, YAKNI "ALLAH", BERPENAMPILAN BATU HITAM (HAJAR ASWAD). BATU HITAM INILAH YANG SELALU DISAPA OLEH PARA CALON HAJI DENGAN MENGUCAPKAN: "YA ALLAH, AKU DATANG KEPADAMU!" SERAYA DICIUM.?!
Jawaban:
Bangsa Arab di masa paganismenya menyembah 360 berhala yang diletakkan di dalam dan di sekeliling ka’bah. Tapi tidak pernah menyembah ka’bah. Demikian juga, mereka tidak pernah menyembah batu hitam (hajar aswad). Yang mereka sembah itu patung yang diukir dan dibuat membentuk dewa-dewa. Tapi mereka tidak pernah menyembah batu sebagai bahan dasar pembuatan patung. Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Maka setelah mereka (Orang Arab) memeluk Islam, Rasulullah saw sudah tidak perlu lagi menjelaskan posisi Hajar Aswad dalam hal peribadahan mereka.
Rasulullah SAW mencium hajar aswad karena batu itu mulia dan berasal dari surga. Tapi bukan karena kita diajarkan untuk menyembah batu itu.
Dari Ibn Abbas bahwa Nabi Muhammad s.a.w. tidak melambaikan tangan (menyalami) kecuali kepada Hajar Aswad dan Rukun Yamani. dua kota suci, Mekkah dan Madinah. Bagi kita sendiri ummat Islam sudah jelaslah ketetapan akan hukum-hukum Allah.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al Baqarah :21-22]
Dalam berbagai kesempatan umat kristen bilang bahwa umat Islam adalah umat penyembah batu. Mereka beranggapan demikian karena setiap hari umat Islam sholat selalu menghadap ka’bah yang dibagiannya ada Hajar Aswadnya.
Ummat Islam dalam sholat menghadap ka’bah (batu) dan dalam thowaf keliling batu bukanlah berarti ummat islam menyembah batu. Mereka melakukan ini karena itu adalah diperintahkan oleh Tuhannya supaya dalam sholat dan thowaf untuk menghadap batu dan keliling batu.
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." [QS. Al Baqarah:144].
Ummar bin Khatab pun berkata:
Diriwayatkan oleh ‘Abis bin Rabia:
Saidina Umar bin al-Khattab r.a pernah mengecup Hajarul Aswad. Kemudian dia berkata: Demi Allah! Aku tahu kamu hanyalah sekedar batu yang tidak dapat memudharatkan dan tidak dapat memberi manfaat siapapun.. Sekiranya aku tidak melihat sendiri Rasulullah s.a.w mengecupmu, pasti aku tidak akan mengecupmu.” (Sahih Bukhari juz 2 no 667).
Kalau anda membaca sejarah tentang peradaban islam, maka anda akan jumpai bahwa dulu batu hitam itu pernah dicuri oleh seseorang (artinya ka’bah pernah tidak ada hajar aswad di dalamnya). Tetapi apakah setelah hilangnya batu itu ummat Islam lantas tidah sholat karena hadapannya tidak ada ? Kalau ummat Islam sholat karena landasan harus menghadap batu itu, niscaya mereka sudah tidak pada sholat lagi sebab batunya telah hilang, atau kalupun sholat menghadapnya mungkin ke si pencuri batu itu. Tetapi ternyata tidak. Ummat islam tetap sholat menghadap kiblat, baik dengan ada batu ataupun tidak sebab esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan menghadap batu dan menyembah batu.
Kemudian dalam sejarah islam pun dijelaskan bahwa setelah batu hitam itu berhasil ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan disana sini, bahkan volumenya sudah mulai berkurang. Dan batu hitam yg ada sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yg asli dengan yg imitasi. Tetapi anda lihat, apakah ummat islam heboh karena itu ? Jawabnya: Tidak pernah!. Sebab Tuhan mereka bukanlah batu tetapi Allah. Batu boleh rusak dan hilang tetapi Allah (Tuhan mereka) tetap ada. Berbeda sekali dengan ummat agama lain yg menganut paganisme.
Mereka melakukan itu bukan atas dasar perintah Tuhan tetapi apa kata nenek moyang mereka, apa kata tetua-tetua mereka dan apa kata leluhur mereka. Tidak ada dasar yg langsung di dasari dari ketentuan Kitabnya (yg merupakan kumpulan perintah-perintah Tuhan). Ini bisa anda lihat dalam berbagai literatur tentang filsafat agama dan perbandingan agama. Tiga agama yg memiliki kitab suci yang berisi perkataan – perkataan Langsung Tuhan, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.
Selebihnya agama yg lain hanya didasari oleh filsafat orang-orang terdahulu dan nenek moyang mereka. Jadi inilah perbedaannya antara ibadah ritual ummat Islam yg menghadap batu dengan ibadah ritual ummat lain yg juga menghadap batu. Dalam agama lain, batu itu dianggap seperti Dewa/Tuhan, sesuatu yg diagungkan dan dipuja-puja, sedangkan ummat islam memandang batu itu hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan kebaktian kepada Tuhan yang sebenarnya. Sebetulnya pengertian berhala di sini tidak hanya batu saja, tetapilebih luas. Berhala bisa berarti ideologi, bisa berarti materi/uang, bisa berarti manusia, bisa berarti yg lain-lain selain Tuhan alam Semesta.
Jadi anda harus bisa membedakan mana yg benar-benar memuja berhala sebagai Tuhan dan mana yg melakukan sujud menghadap batu hanya sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan yg sebenarnya. Rasulullah sendiri pernah menunjuk Hajar Aswad dengan tongkat Beliau:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
Nabi mengerjakan Tawaf mengelilingi Ka’bah dengan menunggang seekor unta pada ibadah haji terakhir dan menyentuh hajar aswad dengan tongkatnya. (Sahih Bukhari juz 2 no 677).
Jika Hajar Aswad adalah Allah, mana mungkin Rasulullah berani lancang menyentuhnya hanya dengan ujung tongkat?!
Dengan demikian nyatalah bahwa Hajar Aswad itu hanyalah batu yang tidak dapat mendatangkan celaka atau tidak dapat mendatangkan untung kecuali dengan ijin Allah swt.
wallahu'alam bishshowab...