Bismillahirrohmanirrohim...
QS.Maryam 27-28
[27] Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
[28] Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
Masalah dipanggilnya Maryam saudara Harun ini sering dijadikan alasan para Misionaris untuk melontarkan tuduhan-tuduhan bahwa Al-Qur’an salah menuliskan sebuah sejarah, menganggap maryam Ibu Isa As hidup semasa Harun as dan Musa as, yang rentang waktunya berbeda sekitar 15 abad.
Benarkah tuduhan tersebut, dan apa alasan-alasan mereka melontarkan tuduhan tersebut?
1. Maryam yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an punya nama yang mirip dengan Miryam yang benar-benar saudara harun dan Musa didalam alkitab.
Kel. 15:20 Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.
2. maryam yang dikisahkan didalam Al-Qur’an punya ayah yang bernama Imran yang mirip dengan nama Ayah Miryam,Harun dan Musa didalam Al-kitab.
Bil. 26:59 Dan nama isteri Amram ialah Yokhebed, anak perempuan Lewi, yang dilahirkan bagi Lewi di Mesir; dan bagi Amram perempuan itu melahirkan Harun dan Musa dan Miryam, saudara mereka yang perempuan
1Taw. 6:3 Anak-anak Amram ialah Harun, Musa dan Miryam. Anak-anak Harun ialah Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.
JAWABAN:
1. SOAL PERBEDAAN MAKNA PANGGILAN DAN PENJELASAN
Sekarang kita perhatikan secara seksama keterangan maryam saudara harun di dalam Al Qur’an
QS.Maryam:27-28
[27] Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
[28] Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
Penyebutan Saudara Harun kepada Maryam didalam Qs Maryam 28 adalah satu-satunya ayat yang menyebut demikian.
dan penyebutan “saudara harun” bukan sebuah penjelasan tentang beliau tetapi sebagai sebuah panggilan kepadanya. panggilan dari Kaumnya setelah mengetahui ia punya anak.
Maka apakah sebuah panggilan pasti bermakna yang sebenarnya? tidak bukan?
banyak sekali kemungkinan dari makna sebuah panggilan, bisa makna sesungguhnya,bisa sebagai panggilan “alias”,bisa sebagai olok-olok, bisa bermakna kiasan dll
Apakah benar julukan “saudara perempuan Harun” yang dimaksud oleh orang Yahudi yang diriwayatkan dalam Al Quran adalah Maryam saudara kandung Harun saudara Musa?. QS.Maryam 28 meriwayatkan kembali (dalam bahasa Arab) ucapan orang Yahudi ketika mengetahui keadaan Maryam, anak perawan yang mengabdikan diri di Bait Allah sebagai rohaniawan serta dalam asuhan seorang imam telah beranak tanpa diketahui kehamilan/ pernikahannya.
Sekarang kita bahas tanpa merujuk kepada kitab yang diclaim sebagai Taurat ataupun kitab PL lainnya, QS Maryam 27-29 menjelaskan kata-kata apa yang telah dituduhkan orang Jahudi kepada Maryam.
Translit 19:27-29 :
…….. fa-immaa tarayinna mina-lbasyari ahadan faquulii innii nadzartu lilrrahmaani shauman falan ukallima alyauma insiyyaan fa-atat bihi qawmahaa tahmiluhu qaaluu yaa maryamu laqad ji/ti syay-an fariyyaan. yaa ukhta haaruuna maa kaana abuuki imra-a sau-in wamaa kaanat ummuki baghiyyaan
[19:27]…….maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
‘ukhta’ adalah bentuk feminine dari ‘akh’ yang berasal dari akar kata ‘akhowa’ – to fraternize, to associate as brothers, to act or to show oneself as a brother or friend. Pemakaian kata ukhta (fem) =
1. sister, saudara perempuan
2. cognate, sanak(kb), – yang asalnya sama (ks), the other (of two)
3. counterpart, rekan.
Idiom bahasa Arab juga idiom bahasa Semit lainnya kata akh (‘ach -Heb) = saudara, feminine ukht‘/ achwt = saudara perempuan, akh …./ ukht…..tidak selalu berarti literal saudara kandung bisa berarti lain dan juga dipakai secara metaphore, tergantung kalimatnya.
Contoh pemakaian kata akhw (masc)/ ukht (fem) secara metaphore dalam Al Quran :
wa-ilaa ‘aadin akhaahum huudan …
[7:65] Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud…….
Artinya Hud adalah golongan kaum ‘Aad, apakah menurut anda harus berarti Hud saudara kandung/ sepupu kaum ‘Aad?
wa-ilaa tsamuuda akhaahum shaalihan……
[7:73] Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh…
Apakah itu berarti Shaleh saudara kandung/ sepupu kaum Tsamud?
inna almubadzdziriina kaanuu ikhwaana alsysyayaathiini …….
[17:27] Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan ……
Apakah itu berarti para pemboros adalah saudara kandung/ sepupu / berhubungan darah dengan setan?
innamaa almu/minuuna ikhwatun …
[49:10] Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. …
Apakah itu berarti bahwa setiap orang-orang beriman adalah saudara kandung/ sepupu / berhubungan darah?
alam tara ilaa alladziina naafaquu yaquuluuna li-ikhwaanihimu alladziina kafaruu min ahli alkitaabi..
[59:11] Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab..
Apakah itu berarti bahwa setiap orang-orang munafik adalah saudara kandung/ sepupu / berhubungan darah dengan mereka yang kafir di antara ahli kitab?
[7:38] Qaala-udkhuluu fii umamin qad khalat min qablikum mina aljinni waal-insi fii alnnaari kullamaa dakhalat ummatun la’anat ukhtahaa hattaa idzaa iddaarakuu fiihaa jamii’an qaalat ukhraahum li-uulaahum rabbanaa haaulaa-i adhalluunaa faaatihim ‘adzaaban dhi’fan minan-naari ……
Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat memasukinya, dia mengutuk saudara perempuannya; sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”.…
English: He will say: “Enter ye in the company of the peoples who passed away before you – men and jinns, – into the Fire.” Every time a new people enters, it curses its sister-people (that went before), until they follow each other, all into the Fire. Saith the last about the first: “Our Lord! it is these that misled us: so give them a double penalty in the Fire…
Ukhtahaa = sister people = ummat sebelum mereka, arti ukht (saudara perempuan) pada ayat diatas adalah ummat/ golongan. So, dalam Arabic kata “ukht” pada suatu kalimat tidak selalu berarti saudara perempuan dalam arti biologis, bisa berarti lain tergantung pada kalimatnya.
UKHTA HARUN BERARTI SAUDARA KANDUNG HARUN ATAU GOLONGAN HARUN?
fa-atat bihi qawmahaa tahmiluhu qaaluu yaa maryamu laqad ji/ti syay-an fariyyaan
Ya ukhta Haruun maa kaana abuuk-imra`a sau`in wa maa kaanat ummuki baghiyyan
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata:
“Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu kali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
abuuki = ayahmu
amra’a = pria, gentleman
sau’in = jahat, saru
ummuuki = ibumu
baghiyyan = pezina
Perhatikan keterangan subjek pada sub kalimat pertama dan kedua, kalau ayat itu secara explicit menjelaskan bahwa Maryam adalah saudara kandung perempuan Harun kalimatnya akan seperti ini :
Hai saudara perempuan Harun, Harun/ saudaramu (bukan ayahmu atau ibumu yg menunjukan keturunan ke atas sperti di ayat tsb) itu bukan orang jahat dan ia tidak sekali-kali menjadikan kamu seorang pezina”, so, ayat diatas tidak menyatakan Maryam adalah saudara kandung tetapi menunjukkan Maryam adalah kaumnya Harun, golongannya Harun, keturunannya harun
Sebenarnya untuk menjawab hal tersebut saya juga sudah memberikan jawaban yang ringkas dan masuk akal, terutama bagi umat Islam yang ‘tidak mau repot’ untuk mencari jawaban :
Namun hal tersebut tidak bisa kita simpulkan bahwa ucapan Yahudi terhadap Maryam adalah SALAH atau TIDAK PERNAH TERJADI atau PENULIS AL-QUR’AN SUDAH SALAH CATAT dsb, disitu point penting dasar anda mau mempermasalahkan ayat tersebut bukan..??
Anda bisa saja menuduh umat Islam tidak bisa membuktikan ucapan tersebut memang dilontarkan Yahudi, namun sebaliknya anda juga tidak bisa membuktikan bahwa ucapan tersebut TIDAK PERNAH DILONTARKAN Yahudi kepada Maryam…
Buat kami sampai disitu saja sudah cukup, karena soal penceritaan kisah-kisah sejarah dalam Al-Qur’an :
[3:44] Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
Bandingkan dengan apa yang tercatat didalam alkitab, bahwa Miryam saudara harun adalah sebuah penjelasan tentang siapa Miryam!
saya ambil contoh tentang sebuah panggilan dari yang tercatat didalam alkitab
Yohanes pembaptis memanggil kepada orang Farisi dan saduki sebagai keturunan Ular beludak
Mat. 3:7 Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
Luk. 3:7 Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang?
apakah dengan keterangan ayat ini bisa menjadi keterangan bahwa Orang yahudi dari golongan Farisi dan Saduki adalah keturunan Beludak yang sesungguhnya?
Apalagi panggilan tersebut bukan saja dilakukan oleh Yohanes pembaptis tetapi Yesus pun juga menggunakan panggilan demikian.
Mat. 12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Bahkan Yesus tidak sekedar memanggil sebagai Keturunan saja tetapi juga memanggil Ular kepada para Ahli Taurat dan orang farisi
23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!
23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
23:34 Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota,
Apakah mereka yang suka membuat tuduhan kepada Al-Qur’an tersebut juga berfikir bahwa Para Ahli Taurat dan orang Farisi benar-benar Ular dan keturunan ular beludak?
Kalau mereka konsisten dengan teori “tuduhannya” tersebut, tetapi saya rasa hanya orang gila yang menganggap makna panggilan Ular dan keturunan Ular beludak adalah makna sesungguhnya bukan makna kiasan ,bahwa Orang Farisi benar-benar keturunan Ular!
KEDUA TENTANG KETERANGAN AYAT-AYAT LAIN
Kemudian juga kita harus perhatikan juga ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang Maryam didalam Al-Qur-an.
didalam Alqur’an secara jelas menyebut Maryam hidup semasa Zakaria ayah Yahya (yohanes pembaptis)
35] (Ingatlah), ketika istri Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
[36] Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.”
[37] Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
[37] Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
[38] Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.
[39] Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.”
[40] Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?” Berfirman Allah: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”.
[41] Berkata Zakaria: “Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)”. Allah berfirman: “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari”.
Sangat jelas sekali bahwa Maryam tidak sekedar hidup semasa Zakaria ayah Yahya / Yohanes tetapi ia Zakaria adalah yang memelihara dan mendidiknya.
Adapun keterangan soal latar belakang Maria Ibu Yesus /Isa As didalam Injil yang empat (kanonik) sangat minin sekali menjelaskan tentangnya,satu-satunya Injil yang menjelaskan adalah Injil Lukas!
dan ternyata keterangan dari Al Qur’an sama dengan keterangan Lukas bahwa Ibunda Isa as /Yesus yaitu Maryam/maria hidup semasa Zakaria ayah Yahya/Yohanes!
Bahkan didalam Injil Lukas tidak sekedar hidup semasa ternyata Maryam adalah sanak/ saudara dari Istri Zakaria yang keturunan Harun
Lukas 1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
Lukas 1:5. Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.
1:59 Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya,
1:60 tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.”
1:61 Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”
KETIGA , TIDAK ADA KETERANGAN DIDALAM AL-QUR’AN MARYAM HIDUP SEMASA HARUN DAN MUSA
Tak ada satupun ayat yang mendukung bahwa Maryam ibu Isa As hidup semasa Harun dan Musa.
dan persoalan itu sangat berbeda sekali dengan keterangan Alkitab yang secara jelas dan tegas bahwa miryam hidup semasa Harun dan Musa.
Bil. 12:1 Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.
Bil. 12:4 Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: “Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.” Maka keluarlah mereka bertiga.
Bil. 12:5 Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya.
Mi. 6:4 Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu
tak ada satupun keterangan di dalam Al-Qur’an Imran juga ayah dari harun dan Musa, karena sangat jelas sekali Al-Qur’an hanya menyebut nama anak Imran hanya Maryam!
itu sangat berbeda sekali dengan apa yang tercatat didalam alkitab
Bil. 26:59 Dan nama isteri Amram ialah Yokhebed, anak perempuan Lewi, yang dilahirkan bagi Lewi di Mesir; dan bagi Amram perempuan itu melahirkan Harun dan Musa dan Miryam, saudara mereka yang perempuan.
1Taw. 6:3 Anak-anak Amram ialah Harun, Musa dan Miryam. Anak-anak Harun ialah Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.
SILSILAH NABI ISA AL-MASIH A.S.
Injil Matius 1:1-17 menelusuri silsilah secara menurun dari Nabi Ibrahim a.s. sampai Nabi Isa Al-Masih a.s., sedangkan Injil Lukas 3:23-38 menelusuri silsilah secara mendaki dari Nabi Isa Al-Masih a.s. sampai Nabi Adam a.s. Baik Matius maupun Lukas berusaha menjelaskan bahwa Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah keturunan Nabi Daud a.s.
Matius menguraikan silsilah Nabi Daud ke bawah dengan menempuh jalur Solomon bin Daud (Nabi Sulaiman a.s.). Silsilah yang dimulai dari Nabi Ibrahim itu dikelompokkan Matius menjadi tiga bagian, masing-masing mencakup 14 generasi. Angka 14 yang ditetapkan Matius ini sudah pasti diambil dari nama “Daud” (dalam huruf Ibrani menggunakan tiga konsonan D-W-D atau daleth-waw-daleth), yang dalam numerologi Ibrani (dan juga Arab) bernilai: daleth(4) + waw(6) + daleth(4) = 14. Apa boleh buat, banyak nama keturunan Nabi Sulaiman dalam kitab umat Yahudi (Perjanjian Lama, kata umat Nasrani), yaitu Dibre Hayyamim (Chronicles; Tawarikh) 3:10-20, yang terpaksa dibuang oleh Matius agar tidak melebihi angka 14.
Lukas menempuh jalur berbeda dalam silsilah yang disusunnya. Menurut Lukas, Isa Al-Masih bukan keturunan Solomon bin Daud seperti kata Matius, tetapi keturunan Nathan bin Daud, abang Nabi Sulaiman yang tercantum dalam Dibre Hayyamim 3:5. Nama-nama dari Daud ke bawah yang disusun Lukas hampir semuanya berlainan dengan yang disusun Matius. Jumlah generasi pun tidak sama. Dari Daud sampai Isa Al-Masih, Lukas mencantumkan 42 generasi, sedangkan Matius cuma 27 generasi. Tetapi kedua penulis Injil ini bertujuan sama: pokoknya Jesus Kristus adalah keturunan Daud!
Ternyata silsilah yang disusun oleh Matius dan Lukas tidak bersambung kepada Nabi Isa Al-Masih a.s.! Mereka berdua menguraikan silsilah yang menurunkan Yusuf suami Maryam, bukan silsilah Maryam sendiri. Padahal Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah putra suci Siti Maryam r.a. yang perawan (lahir dengan kekuasaan Allah!), dan sama sekali tidak ada hubungan darah dengan Yusuf. Meskipun Yusuf suami Maryam, Yusuf sama sekali tidak melakukan hubungan badaniah dengan istrinya sampai utusan Allah yang mulia itu lahir!
Matius sendiri mengakui hal ini (1:25): Et non cognoscebat eam donec peperit filium suum primogenitum (“Dan tidaklah dia ‘menyatu’ dengannya sampai melahirkan putra laki-lakinya yang sulung itu”).
Jelaslah bahwa Nabi Isa Al-Masih bukanlah keturunan Nabi Daud, meskipun Matius dan Lukas jungkir-balik berusaha menjelaskan hal itu dengan silsilah yang berbeda-beda. Dengan kata lain, Isa Al-Masih bukanlah Bani Israil suku Yehuda (Judah). Beliau adalah Bani Israil suku Lewi, sesuai dengan garis keturunan Siti Maryam r.a. yang serumpun dengan Nabi Musa dan Nabi Harun. Imam-imam Bani Israil umumnya memang dari suku Lewi.
Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 33-35, Nabi Isa Al-Masih dan ibu beliau Siti Maryam adalah keturunan Imran, yang jelas merupakan keluarga Lewi, bukan keluarga Yehuda. Hal ini tercantum dalam We’elleh Shemoth (Exodus; Keluaran) 2:1. Juga dalam Surat Maryam ayat 28, Maryam dikatakan perempuan keluarga Harun (ukhta Harun).
Sebetulnya Lukas pun diam-diam mengakui bahwa Siti Maryam dan putranya Isa Al-Masih adalah suku Lewi. Dalam Lukas 1:5 tertulis bahwa Elisabeth istri Nabi Zakaria (ibunda Nabi Yahya) adalah keturunan Nabi Harun (filiabus Aaron), sedangkan dalam Lukas 1:36 dijelaskan bahwa Elisabeth dan Maryam adalah sekeluarga (cognatus). Juga estimasi Lukas (3:23) bahwa usia Jesus “kira-kira 30 tahun” (quasi annorum triginta)
ketika memulai tugas kerasulan merupakan indikasi bahwa Nabi Isa
Al-Masih memang suku Lewi, sebab menurut Bemidbar (Numbers; Bilangan) 4:47 para imam dari suku Lewi baru wajib melakukan tugas imamatnya setelah berusia 30 tahun.
DAN SOAL KESAMAAN NAMA ANAK DAN AYAH, APA YANG ANEH DENGAN PERSOALAN INI?
Bukankah pada saat itu banyak orang yang menggunakan nama-nama yang sama dengan nama leluhurnya.
Apa tidak ada kemungkinan ada kesamaan nama secara kebetulan saja?
Apakah dengan nama yang sama antara Anak dan Ayah maka dianggap orang yang sama dengan pemilik nama sebelumnya?
sebagai contoh kongkrit apa yang tertulis di alkitab
Kej. 37:2 Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun–jadi masih muda–biasa menggembalakan kambing domba …………………..
mat 1:16 Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria……………….
apakah Yusuf suami maria adalah orang yang sama dengan apa yang tercatat didalam Kejadian 37:2?
tidak bukan??
Jadi tuduhan-tuduhan tersebut tentang Maryam”dipanggil saudara Harun” mereka masih berfikir Maryam = Miryam saudara Harun dan Musa?
Sebuah tuduhan yang berdasar argumentasi yang kuat atau tuduhan yang berdasarkan rasa iri dan dengki semata?
wallahu'alam bishshowab...
QS.Maryam 27-28
[27] Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
[28] Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
Masalah dipanggilnya Maryam saudara Harun ini sering dijadikan alasan para Misionaris untuk melontarkan tuduhan-tuduhan bahwa Al-Qur’an salah menuliskan sebuah sejarah, menganggap maryam Ibu Isa As hidup semasa Harun as dan Musa as, yang rentang waktunya berbeda sekitar 15 abad.
Benarkah tuduhan tersebut, dan apa alasan-alasan mereka melontarkan tuduhan tersebut?
1. Maryam yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an punya nama yang mirip dengan Miryam yang benar-benar saudara harun dan Musa didalam alkitab.
Kel. 15:20 Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.
2. maryam yang dikisahkan didalam Al-Qur’an punya ayah yang bernama Imran yang mirip dengan nama Ayah Miryam,Harun dan Musa didalam Al-kitab.
Bil. 26:59 Dan nama isteri Amram ialah Yokhebed, anak perempuan Lewi, yang dilahirkan bagi Lewi di Mesir; dan bagi Amram perempuan itu melahirkan Harun dan Musa dan Miryam, saudara mereka yang perempuan
1Taw. 6:3 Anak-anak Amram ialah Harun, Musa dan Miryam. Anak-anak Harun ialah Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.
JAWABAN:
1. SOAL PERBEDAAN MAKNA PANGGILAN DAN PENJELASAN
Sekarang kita perhatikan secara seksama keterangan maryam saudara harun di dalam Al Qur’an
QS.Maryam:27-28
[27] Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
[28] Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
Penyebutan Saudara Harun kepada Maryam didalam Qs Maryam 28 adalah satu-satunya ayat yang menyebut demikian.
dan penyebutan “saudara harun” bukan sebuah penjelasan tentang beliau tetapi sebagai sebuah panggilan kepadanya. panggilan dari Kaumnya setelah mengetahui ia punya anak.
Maka apakah sebuah panggilan pasti bermakna yang sebenarnya? tidak bukan?
banyak sekali kemungkinan dari makna sebuah panggilan, bisa makna sesungguhnya,bisa sebagai panggilan “alias”,bisa sebagai olok-olok, bisa bermakna kiasan dll
Apakah benar julukan “saudara perempuan Harun” yang dimaksud oleh orang Yahudi yang diriwayatkan dalam Al Quran adalah Maryam saudara kandung Harun saudara Musa?. QS.Maryam 28 meriwayatkan kembali (dalam bahasa Arab) ucapan orang Yahudi ketika mengetahui keadaan Maryam, anak perawan yang mengabdikan diri di Bait Allah sebagai rohaniawan serta dalam asuhan seorang imam telah beranak tanpa diketahui kehamilan/ pernikahannya.
Sekarang kita bahas tanpa merujuk kepada kitab yang diclaim sebagai Taurat ataupun kitab PL lainnya, QS Maryam 27-29 menjelaskan kata-kata apa yang telah dituduhkan orang Jahudi kepada Maryam.
Translit 19:27-29 :
…….. fa-immaa tarayinna mina-lbasyari ahadan faquulii innii nadzartu lilrrahmaani shauman falan ukallima alyauma insiyyaan fa-atat bihi qawmahaa tahmiluhu qaaluu yaa maryamu laqad ji/ti syay-an fariyyaan. yaa ukhta haaruuna maa kaana abuuki imra-a sau-in wamaa kaanat ummuki baghiyyaan
[19:27]…….maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
‘ukhta’ adalah bentuk feminine dari ‘akh’ yang berasal dari akar kata ‘akhowa’ – to fraternize, to associate as brothers, to act or to show oneself as a brother or friend. Pemakaian kata ukhta (fem) =
1. sister, saudara perempuan
2. cognate, sanak(kb), – yang asalnya sama (ks), the other (of two)
3. counterpart, rekan.
Idiom bahasa Arab juga idiom bahasa Semit lainnya kata akh (‘ach -Heb) = saudara, feminine ukht‘/ achwt = saudara perempuan, akh …./ ukht…..tidak selalu berarti literal saudara kandung bisa berarti lain dan juga dipakai secara metaphore, tergantung kalimatnya.
Contoh pemakaian kata akhw (masc)/ ukht (fem) secara metaphore dalam Al Quran :
wa-ilaa ‘aadin akhaahum huudan …
[7:65] Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud…….
Artinya Hud adalah golongan kaum ‘Aad, apakah menurut anda harus berarti Hud saudara kandung/ sepupu kaum ‘Aad?
wa-ilaa tsamuuda akhaahum shaalihan……
[7:73] Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh…
Apakah itu berarti Shaleh saudara kandung/ sepupu kaum Tsamud?
inna almubadzdziriina kaanuu ikhwaana alsysyayaathiini …….
[17:27] Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan ……
Apakah itu berarti para pemboros adalah saudara kandung/ sepupu / berhubungan darah dengan setan?
innamaa almu/minuuna ikhwatun …
[49:10] Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. …
Apakah itu berarti bahwa setiap orang-orang beriman adalah saudara kandung/ sepupu / berhubungan darah?
alam tara ilaa alladziina naafaquu yaquuluuna li-ikhwaanihimu alladziina kafaruu min ahli alkitaabi..
[59:11] Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab..
Apakah itu berarti bahwa setiap orang-orang munafik adalah saudara kandung/ sepupu / berhubungan darah dengan mereka yang kafir di antara ahli kitab?
[7:38] Qaala-udkhuluu fii umamin qad khalat min qablikum mina aljinni waal-insi fii alnnaari kullamaa dakhalat ummatun la’anat ukhtahaa hattaa idzaa iddaarakuu fiihaa jamii’an qaalat ukhraahum li-uulaahum rabbanaa haaulaa-i adhalluunaa faaatihim ‘adzaaban dhi’fan minan-naari ……
Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat memasukinya, dia mengutuk saudara perempuannya; sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”.…
English: He will say: “Enter ye in the company of the peoples who passed away before you – men and jinns, – into the Fire.” Every time a new people enters, it curses its sister-people (that went before), until they follow each other, all into the Fire. Saith the last about the first: “Our Lord! it is these that misled us: so give them a double penalty in the Fire…
Ukhtahaa = sister people = ummat sebelum mereka, arti ukht (saudara perempuan) pada ayat diatas adalah ummat/ golongan. So, dalam Arabic kata “ukht” pada suatu kalimat tidak selalu berarti saudara perempuan dalam arti biologis, bisa berarti lain tergantung pada kalimatnya.
UKHTA HARUN BERARTI SAUDARA KANDUNG HARUN ATAU GOLONGAN HARUN?
fa-atat bihi qawmahaa tahmiluhu qaaluu yaa maryamu laqad ji/ti syay-an fariyyaan
Ya ukhta Haruun maa kaana abuuk-imra`a sau`in wa maa kaanat ummuki baghiyyan
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata:
“Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu kali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
abuuki = ayahmu
amra’a = pria, gentleman
sau’in = jahat, saru
ummuuki = ibumu
baghiyyan = pezina
Perhatikan keterangan subjek pada sub kalimat pertama dan kedua, kalau ayat itu secara explicit menjelaskan bahwa Maryam adalah saudara kandung perempuan Harun kalimatnya akan seperti ini :
Hai saudara perempuan Harun, Harun/ saudaramu (bukan ayahmu atau ibumu yg menunjukan keturunan ke atas sperti di ayat tsb) itu bukan orang jahat dan ia tidak sekali-kali menjadikan kamu seorang pezina”, so, ayat diatas tidak menyatakan Maryam adalah saudara kandung tetapi menunjukkan Maryam adalah kaumnya Harun, golongannya Harun, keturunannya harun
Sebenarnya untuk menjawab hal tersebut saya juga sudah memberikan jawaban yang ringkas dan masuk akal, terutama bagi umat Islam yang ‘tidak mau repot’ untuk mencari jawaban :
Namun hal tersebut tidak bisa kita simpulkan bahwa ucapan Yahudi terhadap Maryam adalah SALAH atau TIDAK PERNAH TERJADI atau PENULIS AL-QUR’AN SUDAH SALAH CATAT dsb, disitu point penting dasar anda mau mempermasalahkan ayat tersebut bukan..??
Anda bisa saja menuduh umat Islam tidak bisa membuktikan ucapan tersebut memang dilontarkan Yahudi, namun sebaliknya anda juga tidak bisa membuktikan bahwa ucapan tersebut TIDAK PERNAH DILONTARKAN Yahudi kepada Maryam…
Buat kami sampai disitu saja sudah cukup, karena soal penceritaan kisah-kisah sejarah dalam Al-Qur’an :
[3:44] Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
Bandingkan dengan apa yang tercatat didalam alkitab, bahwa Miryam saudara harun adalah sebuah penjelasan tentang siapa Miryam!
saya ambil contoh tentang sebuah panggilan dari yang tercatat didalam alkitab
Yohanes pembaptis memanggil kepada orang Farisi dan saduki sebagai keturunan Ular beludak
Mat. 3:7 Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
Luk. 3:7 Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang?
apakah dengan keterangan ayat ini bisa menjadi keterangan bahwa Orang yahudi dari golongan Farisi dan Saduki adalah keturunan Beludak yang sesungguhnya?
Apalagi panggilan tersebut bukan saja dilakukan oleh Yohanes pembaptis tetapi Yesus pun juga menggunakan panggilan demikian.
Mat. 12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Bahkan Yesus tidak sekedar memanggil sebagai Keturunan saja tetapi juga memanggil Ular kepada para Ahli Taurat dan orang farisi
23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!
23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
23:34 Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota,
Apakah mereka yang suka membuat tuduhan kepada Al-Qur’an tersebut juga berfikir bahwa Para Ahli Taurat dan orang Farisi benar-benar Ular dan keturunan ular beludak?
Kalau mereka konsisten dengan teori “tuduhannya” tersebut, tetapi saya rasa hanya orang gila yang menganggap makna panggilan Ular dan keturunan Ular beludak adalah makna sesungguhnya bukan makna kiasan ,bahwa Orang Farisi benar-benar keturunan Ular!
KEDUA TENTANG KETERANGAN AYAT-AYAT LAIN
Kemudian juga kita harus perhatikan juga ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang Maryam didalam Al-Qur-an.
didalam Alqur’an secara jelas menyebut Maryam hidup semasa Zakaria ayah Yahya (yohanes pembaptis)
35] (Ingatlah), ketika istri Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
[36] Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.”
[37] Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
[37] Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
[38] Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.
[39] Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.”
[40] Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?” Berfirman Allah: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”.
[41] Berkata Zakaria: “Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)”. Allah berfirman: “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari”.
Sangat jelas sekali bahwa Maryam tidak sekedar hidup semasa Zakaria ayah Yahya / Yohanes tetapi ia Zakaria adalah yang memelihara dan mendidiknya.
Adapun keterangan soal latar belakang Maria Ibu Yesus /Isa As didalam Injil yang empat (kanonik) sangat minin sekali menjelaskan tentangnya,satu-satunya Injil yang menjelaskan adalah Injil Lukas!
dan ternyata keterangan dari Al Qur’an sama dengan keterangan Lukas bahwa Ibunda Isa as /Yesus yaitu Maryam/maria hidup semasa Zakaria ayah Yahya/Yohanes!
Bahkan didalam Injil Lukas tidak sekedar hidup semasa ternyata Maryam adalah sanak/ saudara dari Istri Zakaria yang keturunan Harun
Lukas 1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
Lukas 1:5. Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.
1:59 Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya,
1:60 tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.”
1:61 Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”
KETIGA , TIDAK ADA KETERANGAN DIDALAM AL-QUR’AN MARYAM HIDUP SEMASA HARUN DAN MUSA
Tak ada satupun ayat yang mendukung bahwa Maryam ibu Isa As hidup semasa Harun dan Musa.
dan persoalan itu sangat berbeda sekali dengan keterangan Alkitab yang secara jelas dan tegas bahwa miryam hidup semasa Harun dan Musa.
Bil. 12:1 Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.
Bil. 12:4 Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: “Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.” Maka keluarlah mereka bertiga.
Bil. 12:5 Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya.
Mi. 6:4 Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu
tak ada satupun keterangan di dalam Al-Qur’an Imran juga ayah dari harun dan Musa, karena sangat jelas sekali Al-Qur’an hanya menyebut nama anak Imran hanya Maryam!
itu sangat berbeda sekali dengan apa yang tercatat didalam alkitab
Bil. 26:59 Dan nama isteri Amram ialah Yokhebed, anak perempuan Lewi, yang dilahirkan bagi Lewi di Mesir; dan bagi Amram perempuan itu melahirkan Harun dan Musa dan Miryam, saudara mereka yang perempuan.
1Taw. 6:3 Anak-anak Amram ialah Harun, Musa dan Miryam. Anak-anak Harun ialah Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.
SILSILAH NABI ISA AL-MASIH A.S.
Injil Matius 1:1-17 menelusuri silsilah secara menurun dari Nabi Ibrahim a.s. sampai Nabi Isa Al-Masih a.s., sedangkan Injil Lukas 3:23-38 menelusuri silsilah secara mendaki dari Nabi Isa Al-Masih a.s. sampai Nabi Adam a.s. Baik Matius maupun Lukas berusaha menjelaskan bahwa Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah keturunan Nabi Daud a.s.
Matius menguraikan silsilah Nabi Daud ke bawah dengan menempuh jalur Solomon bin Daud (Nabi Sulaiman a.s.). Silsilah yang dimulai dari Nabi Ibrahim itu dikelompokkan Matius menjadi tiga bagian, masing-masing mencakup 14 generasi. Angka 14 yang ditetapkan Matius ini sudah pasti diambil dari nama “Daud” (dalam huruf Ibrani menggunakan tiga konsonan D-W-D atau daleth-waw-daleth), yang dalam numerologi Ibrani (dan juga Arab) bernilai: daleth(4) + waw(6) + daleth(4) = 14. Apa boleh buat, banyak nama keturunan Nabi Sulaiman dalam kitab umat Yahudi (Perjanjian Lama, kata umat Nasrani), yaitu Dibre Hayyamim (Chronicles; Tawarikh) 3:10-20, yang terpaksa dibuang oleh Matius agar tidak melebihi angka 14.
Lukas menempuh jalur berbeda dalam silsilah yang disusunnya. Menurut Lukas, Isa Al-Masih bukan keturunan Solomon bin Daud seperti kata Matius, tetapi keturunan Nathan bin Daud, abang Nabi Sulaiman yang tercantum dalam Dibre Hayyamim 3:5. Nama-nama dari Daud ke bawah yang disusun Lukas hampir semuanya berlainan dengan yang disusun Matius. Jumlah generasi pun tidak sama. Dari Daud sampai Isa Al-Masih, Lukas mencantumkan 42 generasi, sedangkan Matius cuma 27 generasi. Tetapi kedua penulis Injil ini bertujuan sama: pokoknya Jesus Kristus adalah keturunan Daud!
Ternyata silsilah yang disusun oleh Matius dan Lukas tidak bersambung kepada Nabi Isa Al-Masih a.s.! Mereka berdua menguraikan silsilah yang menurunkan Yusuf suami Maryam, bukan silsilah Maryam sendiri. Padahal Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah putra suci Siti Maryam r.a. yang perawan (lahir dengan kekuasaan Allah!), dan sama sekali tidak ada hubungan darah dengan Yusuf. Meskipun Yusuf suami Maryam, Yusuf sama sekali tidak melakukan hubungan badaniah dengan istrinya sampai utusan Allah yang mulia itu lahir!
Matius sendiri mengakui hal ini (1:25): Et non cognoscebat eam donec peperit filium suum primogenitum (“Dan tidaklah dia ‘menyatu’ dengannya sampai melahirkan putra laki-lakinya yang sulung itu”).
Jelaslah bahwa Nabi Isa Al-Masih bukanlah keturunan Nabi Daud, meskipun Matius dan Lukas jungkir-balik berusaha menjelaskan hal itu dengan silsilah yang berbeda-beda. Dengan kata lain, Isa Al-Masih bukanlah Bani Israil suku Yehuda (Judah). Beliau adalah Bani Israil suku Lewi, sesuai dengan garis keturunan Siti Maryam r.a. yang serumpun dengan Nabi Musa dan Nabi Harun. Imam-imam Bani Israil umumnya memang dari suku Lewi.
Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 33-35, Nabi Isa Al-Masih dan ibu beliau Siti Maryam adalah keturunan Imran, yang jelas merupakan keluarga Lewi, bukan keluarga Yehuda. Hal ini tercantum dalam We’elleh Shemoth (Exodus; Keluaran) 2:1. Juga dalam Surat Maryam ayat 28, Maryam dikatakan perempuan keluarga Harun (ukhta Harun).
Sebetulnya Lukas pun diam-diam mengakui bahwa Siti Maryam dan putranya Isa Al-Masih adalah suku Lewi. Dalam Lukas 1:5 tertulis bahwa Elisabeth istri Nabi Zakaria (ibunda Nabi Yahya) adalah keturunan Nabi Harun (filiabus Aaron), sedangkan dalam Lukas 1:36 dijelaskan bahwa Elisabeth dan Maryam adalah sekeluarga (cognatus). Juga estimasi Lukas (3:23) bahwa usia Jesus “kira-kira 30 tahun” (quasi annorum triginta)
ketika memulai tugas kerasulan merupakan indikasi bahwa Nabi Isa
Al-Masih memang suku Lewi, sebab menurut Bemidbar (Numbers; Bilangan) 4:47 para imam dari suku Lewi baru wajib melakukan tugas imamatnya setelah berusia 30 tahun.
DAN SOAL KESAMAAN NAMA ANAK DAN AYAH, APA YANG ANEH DENGAN PERSOALAN INI?
Bukankah pada saat itu banyak orang yang menggunakan nama-nama yang sama dengan nama leluhurnya.
Apa tidak ada kemungkinan ada kesamaan nama secara kebetulan saja?
Apakah dengan nama yang sama antara Anak dan Ayah maka dianggap orang yang sama dengan pemilik nama sebelumnya?
sebagai contoh kongkrit apa yang tertulis di alkitab
Kej. 37:2 Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun–jadi masih muda–biasa menggembalakan kambing domba …………………..
mat 1:16 Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria……………….
apakah Yusuf suami maria adalah orang yang sama dengan apa yang tercatat didalam Kejadian 37:2?
tidak bukan??
Jadi tuduhan-tuduhan tersebut tentang Maryam”dipanggil saudara Harun” mereka masih berfikir Maryam = Miryam saudara Harun dan Musa?
Sebuah tuduhan yang berdasar argumentasi yang kuat atau tuduhan yang berdasarkan rasa iri dan dengki semata?
wallahu'alam bishshowab...