MANA YANG BISA DI PERCAYA ALKITAB ATAU ALQURAN (bab 6)


Syarat-syarat Kitab Dikatakan Suci ada 15.

 

1. Harus benar-benar bersumber dari Allah Swt.
2. Allah yang mewahyukan harus bersifat Maha atas segala sesuatu
3. Harus mempertahankan bahasa aslinya ketika nabi itu menerima wahyu-Nya
4. Penerima wahyu harus jelas orangnya, benar-benar jujur & berakhlak mulia
5. Tidak mengajarkan ajaran yang kejam dan sadis
6. Memberikan pelajaran dan menunjuki manusia kepada jalan yang benar
7. Ayat-ayatnya tidak boleh bertentangan satu sama lainnya
8. Berbicara tentang ilmu pengetahuan harus bisa dibuktikan
9. Harus sesuai dengan fitrah manusia
10. Kitab tersebut harus bisa memberikan kesaksian bahwa dia diwahyukan oleh Allah Swt.
11. Tidak boleh melecehkan terhadap nabi-nabi Allah
12. Tidak membeberkan cara merayu wanita dan pornografi secara vulgar
13. Harus ada perkataan dari Allah bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain diri-Nya (Qs 20 : 14, 21 : 25)
14. Harus ada nama agama yang berasal dari Tuhannya, bukan dari manusia atau panggilan orang (Qs 3 : 19, Qs 3 : 85, 5: 3)
15. Terjaganya seluruh wahyu itu dengan hafalan para pemeluknya dari awal diwahyukan sampai kiamat. 

BAB 6

MENGAJARKAN MANUSIA JALAN YANG BENAR


Mari kita membaca Alkitab II Raja-raja 2 : 23 – 24 berikut ini:
“23. Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya : “Naiklah botak, naiklah botak!” 24. Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama Tuhan. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak.”
Sungguh tragis sekali peristiwa tersebut. Bagaimana mungkin seorang Nabi seperti Nabi Elisa yang kebetulan kepalanya gundul alias botak, kemudian hanya diolok-olok oleh anak-anak kecil dengan kata-kata “naiklah botak, naiklah botak!” lalu dia mengutuk anak-anak  tersebut.
Yang lebih ironis lagi, Nabi Elisa mengutuk mereka demi nama Tuhan. Kemudian Tuhan mengabulkan permohonan Nabi Elisa, maka keluarlah dua ekorn beruangg hutan yang ganas lalu mencabik-cabik tubuh anak-anak tadi yang jumlahnya 42 (empat puluh dua)  orang anak.

Timbul pertanyaan:

Pertama : Apakah pantas seorang nabi seperti Elisa bisa menimbulkan kemarahan begitu besar hanya diolok-olok oleh anak-anak kecil?
Kedua : Apakah pantas nabi Elisa mengutuk anak-anak tadi hanya karena dia diolok-olok?
Ketiga : Apakah pantas Nabi Elisa memohon kepada Tuhannya agar anak-anak tersebut dibunuh oleh beruang hutan hanya karena olokan mereka?
Keempat : Wajarkah Tuhan mengabulkan permintaan Nabi Elisa kepadaNya dengan mengutus dua ekor beruang hutan untuk mencabik-cabik tubuh anak-anak kecil tersbeut?
Kelima : Apakah seimbang olokan anak kecil kepada Nabi Elisa ditukar dengan nyawa mereka empat puluh dua orang mati dicabik-cabik beruang hutan?
Keenam : Mengapa Nabi Elisa tidak biarkan saja anak-anak tersebut mengolok-olokkannya karena mereka masih kecil dan belum mengerti akan dosa?
Ketujuh : Mengapa nabi Elisa tidak maafkan saja mereka yang masih anak-anak itu?
Kedelapan : Apakah Tuhan tidak tahu bahwa apa yang dilakukan oleh anak-anak itu tidak pantas untuk diberi ganjaran sampai harus membunuh mereka semua?
Kesembilan : Siapa yang bedosa dalam hal ini, nabi Elisa atau anak-anak kecil tersebut?
Kesepuluh : Siapa yang kejam dan sadis dalam peristiwa tersebut, apakah nabi Elisa, anak-anak tersebut atau Tuhan itu sendiri?
Kesebelas : Contoh atau pelajaran dan hikmah apakah yang bisa kita ambil atas keteladanan Nabi Elisa dalam peristiwa tersebut?
Kedua belas: Bagaimana dengan orang tua dan keluarga dari anak-anak yang semuanya mati dimakan beruang tersebut, apakah mereka ridho atas perbuatan nabi Elisa terhadap anak-anak mereka?
Ketiga belas : Apakah keluarga dari ke 42 anak tadi tidak sedih dan merasa kehilangan anak-anak kesayangan mereka atas musibah pada kejadian tersebut?
Keempat belas : Apa hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa yang kejam dan sadis itu?
Kelima belas : Apakah peristiwa tersebut membimbing dan menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, dan pendidikan serta pelajaran apa yang Tuhan berikan bagi kita manusia atas peristiwa itu?

Nah pembacalah yang akan menilai apakah rasional atau tidak kisah yang sangat memilukan tersebut. Jika jawabannya rasional, berarti itu benar-benar firman-firman Allah atau wahyu Allah, tapi kalau jawabannya tidak rasional, maka itu berarti ayat tersebut bukan yang difirmankan Tuhan atau bukan wahyu Allah.
Sekarang mari kita bandingkan Nabi Elisa di dalam Al Qur’an, apakah sama seperti yang di dalam Alkitab? Kalau di dalam Alkitab namanya Nabi Elisa, tetapi di dalam Al Qur’an namanya Ilyasa’. Perhatikan ayat Qur’an sebagai berikut :

Bagaimana dengan Nabi Ilyasa’ (Elisa) di dalam Al Qur’an??

86. dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), 87. Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(Qs 6 An An’am 86 – 87)

Ayat Al Qur’an tersebut menjelaskan bahwa Nabi Ilyasa’ (Elisa) adlaah salah satu nabi yang dipilih Allah untuk menjalankan perintahNya dan Allah jelaskan bahwa Ilyasa’ (Elisa) dilebihkan derajatnya bersama-sama Ismail, Yunus dan Luth. Kemudian Allah jelaskan bahwa Ilyasa’ (Elisa) bersama keluarga dan orang tua serta nabilainnya, Dia tunjuki mereka pada jalan yanglurus.
Kalau Allah telah memilih dan menjadikan Elisa seorang nabi-Nya tentuh sangat mustahil kalau Nabi Elisa melakukan perbuatan kejam dan sadis, apalagi terhadap anak-anak kecil yang belum mengerti dosa dan salah.

Kita sebagai manusia, kalau memilih seorang utusan mewakili negara, tentu kita akan pilih diantara yang terbaik karena akan mengharumkan nama bangsa dan negara bukan? Mengapa Tuhan tidak melakukannya? Nah ini merupakan salah satu bukti bahwa penulis Alkitab justru melecehkan Nabi Elisa, sementara Al Qur’an sangat memuliakan beliau sebagai orang pilihanNya.
Dalam Alkitab, Tuhan mengajarkan yang jorok-jorok?
Marilah kita baca Yehezkiel 4 : 12 – 15 di bawah ini:

“Makanlah roti itu seperti roti jelai yang bundar dan engkau harus membakarnya diatas kotoran manusia yang sudah kering di hadapan mereka.” Selanjutnya Tuhan berfirman : “Aku akan membuang orang Israel k etengah-tengah bangsa-bangsa dan demikianlah mereka akan memakan rotinya najis disana.” Maka kujawab : “Aduh, Tuhan Allah, sungguh, aku tak pernah dinajiskan dan dari masa mudaku sampai sekarang tak pernah kumakan bangkai atau sisa mangsa binatang buas; lagipula tak pernah masuk ke mulutku ini daging yang sudah basi.” Lalu firman-Nya kepadaku : “Lihat, kalau begitu Aku mengijinkan engkau memakai kotoran lembu ganti kotoran manusia dan bakarlah rotimu di atasnya.”

Menyimak bunyi ayat-ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa Tuhan di dala Alkitab koq menajarkan manusia cara-cara yang jorok. Terhadap orang tawanan atau tahanan walaupun di dalam penjara, tidak ada seorang petugas penjara yang begitu tega menyuruh membakar roti di atas kotoran manusia atapun kotoran binatang bagi tawanannya. Tapi anehnya Tuhan di dalam Alkitab justru begitu tega menyuruh membakar roti di atas kotoran manusia dan kotoran hewan. Entahlah apa hikmah dan pelajaran yang bisa diambil pada ayat-ayat tersebut. Mestinya Tuhan harus mengajarkan dan mendidik serta menunjuki manusia ke jalan yang benar dan lurus, bukan mengajarkan yang jorok seperti itu. Coba kita bandingkan dengan Al Qur’an, bagaimana Allah Swt. mengajarkan manusia ke jalan yang benar, bersih dan bebas dari jorok.

Dalam Al Qur’an, Allah mengajarkan kebersihan :
222. Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.  (Qs 2 Al Baqarah 222)

Ayat Qur’an tersebut, jelas menuntun dan menajari agar hidup bersih dan menjauhkan dari kotoran. Darah haid saja dianggap kotoran oleh Allah, apalagi kotoran manusia. Jadi Allah ajarkan manusia agar hidup harus bersih dan Dia menyukai kebersihan itu. Dalam beberapa hadits, dikatakan oleh Rasulullah saw bahwa “Kebersihan itu adalah bagian dari iman.”

Nabi Muhammad dan Al Qur’an memberi petunjuk pada jalan yang benar :
15. Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan[408].  16. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.  (Qs Al Maidah 15 – 16)

——————————————————————————–
[137]. Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.
[138]. Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar.
[408].  Kitab maksudnya: Al Quran.

NEXT..